Memang hidup ini tidak pernah sepi dengan masalah hutang. Di sana sini ditemukan orang yang berhutang. Baik itu hutang yang jumlahnya kecil nilainya maupun yang besar. Mungkin kalau ditanya satu per satu tentang apakah pernah berhutang. Maka jawabannya mayoritas yakni pernah berhutang. Tetapi kalau masalah masih atau tidak memiliki hutang. Mungkin saja ditemukan orang-orang yang tidak punya hutang sama sekali. Tetapi jumlah orang yang memiliki hutang jelas banyak sekali. Fenomena di masyarakat secara kasat mata bisa ditebak. Betapa banyak orang yang memiliki hutang dengan variasi jumlahnya.
Punya hutang yang jumlahnya kecil tentu tidaklah begitu menjadi masalah. Tak terlalu membuat kekhawatiran dan kerisauan. Meski pun tidak memiliki hutang jelas akan lebih enak dan tenang. Hidup akan lebih terasa ringan. Bila punya hutang yang besar jumlahnya maka ada sebuah beban tersendiri. Sedikit atau banyak hutang tetaplah wajib untuk dibayar. Tentunya mengenai waktunya disesuaikan dengan yang telah disepakati sebelumnya. Antara pemberi hutang dan yang berhutang biasanya telah punya kesepakatan akan tenggang waktu pembayaran atau pelunasan.
Memiliki hutang yang besar akan menjadi masalah bila orang tersebut tidak bisa membayarnya tepat pada waktunya. Hutang yang besar kadang diibaratkan seperti sepenuh gunung. Memang benda yang besar sekali ukurannya adalah gunung. Maka untuk menggambarkan besarnya hutang itu disebut sebesar gunung. Seorang yang sudah berhutang maka sudah pastilah ia berkewajiban untuk segera melunasinya. Hanya saja, perjalanan hidup seseorang terkadang tidaklah selalu berjalan mulus. Ada kalanya mengalami sebuah kesulitan. Saat bisnis atau usaha sedang mengalami penurunan keuntungan maka ada rasa sulit untuk bisa membayar hutang. Bahkan sekedar membayar cicilan pun tetap sulit atau bahkan tidak bisa dilakukan sama sekali. Dalam kondisi tersebut, orang itu hendaknya tetap bersemangat dan berniat membayar tanggungan hutangnya. Entah bagaimana caranya yang penting halal. Disamping memaksimalkan berbagai usaha, ada hal lainnya yang mesti dilakukan. Cara tersebut yakni dengan membaca doa melunasi hutang secara khusyuk. Lafazhnya yakni:
Latinnya :
ALLAHUMMAK FINII BI HALAALIKA 'AN HARAAMIKA, WA AGHNINII BI FADHLIKA 'AMMAN SIWAAKA.
Artinya :
Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu.
Doa ini bersumber dari hadits riwayat At-Tirmidzi. Setiap kali ada kesempatan maka akan bagus sekali bila kita pakai untuk membaca doa itu. Misalnya saja saat setelah melaksanakan shalat tahajud di waktu sepertiga malam yang terakhir. Di saat sesudah menjalankan shalat wajib pun bagus untuk kita pakai berdoa. Termasuk waktu jeda antara saat adzan dan iqamah. Sebetulnya masih banyak lagi waktu yang bagus untuk memanjatkan doa. Ketika kita mau berdoa maka kita telah membuka pintu pertolongan dari Allah subhanahu wa ta'ala. Kemudahan dalam melunasi itulah yang diharapkan.
Seperti apa ceritanya seseorang sampai memiliki jumlah hutang yang banyak? Sangat banyak caranya. Bisa jadi ia berhutang tidak langsung dalam jumlah besar. Rasanya tidak mudah untuk mencari orang yang mau menghutangi dengan nilai yang besar. Biasanya ia berhutang dengan jumlah yang kecil terlebih dahulu. Ia pun tidak sekali atau dua kali saja. Bahkan dilakukannya berkali-kali. Tetapi karena sering berhutang dan tidak segera membayar atau melunasinya. Jumlah yang awalnya kecil itu lama kelamaan akan berubah menjadi besar. Akhirnya menjadi seperti segunung besarnya. Mendapati kondisi seperti ini maka mau tidak mau harus segera melunasinya. Sebab bila kita merasa ditolong orang lain tatkala kita dihutangi. Sangat tidak berakhlak bila orang yang ditolong kok malah mencelakakan orang yang menolongnya. Meski berat dan sulit. Melunasi hutang harus terus diupayakan. Bahkan kalau misalnya punya aset seperti tanah kosong, rumah, bangunan, kebun, sawah, mobil, serta sepeda motor maka bisa segera dijual untuk menutupi hutang. Pahit memang cara ini. Kita kehilangan barang atau aset yang disukai. Namun apa boleh buat. Bila hutang kita yang besar itu tidak segera diselesaikan maka lambat laun akan menjadi masalah yang lebih besar. Sekedar ilustrasi sederhana saja. Kita akan merasa malu bila berpapasan atau bertemu dengan orang yang kita berhutang kepadanya. Cara menjual aset ini terbukti efektif untuk mengurangi hutang. Ini juga merupakan cara paling cepat dan praktis. Ada pula cara lainnya yang terbilang lebih lama waktunya. Yakni dengan menyisihkan sebagian penghasilan kita. Penghasilan yang disisihkan itu khusus untuk melunasi hutang. Tidak boleh untuk kepentingan yang lainnya meskipun ada kebutuhan yang amat mendesak. Bagaimana pun caranya, kita mesti melunasi hutang tersebut. Bila tak dilakukan, maka akan menjadi tanggungan berat setelah kematian nanti. Manusia akan mempertanggungjawabkan di akhirat. Semoga artikel ini memberi manfaat untuk para pembaca semua. Wassalaamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh.